Senin, 07 Januari 2013

Tahun Baru di Jepang


Tahun Baru di Jepang
            Hatsumode,berdo’a pertama kali untuk keberuntungan di tahun yang baru.Di jepang,matahari yang tertib pada hari pertama diawal tahun dipercaya memiliki kekuatan supranatural yang khusus,dan berdo’a kepada matahari yang pertama kali muncul,telah menjadi kebiasaan populer sejak zaman meiji(1868-1912).Bahkan sekarang banyak kerumunan di puncak-puncak Gunung atauPantai-pantai dengan pemandangan matahari terbit yang indah,untuk berdo’a bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga sepanjang tahun yang baru.
Oomisoka,malam akhir tahun
            Jepang menganggap tanggal 31 Desember adalah hari yang sangat penting.Tidaklah umum bagi kebanyakan orang untuk menghabiskan sepanjang malam pada tanggal ini.Beberapa tradisi lama sehubungan dengan hari terakhir iniberlangsung di beberapa wilayah di jepan,namun satu yang paling populer,yang dimulai di zaman Edo (1603-1868)yaitu makan Soba,mie jepang.Yang terbuat dari tepung Soba.Orang jepang makan Soba pada tanggal 31 Desember,entah itu sebagai menu makan malam maupun sebagai makanan ringan di malam hari,untuk memohon kehidupan yang panjang sama seperti Soba tipis yang dimakan.Namun memakan Soba setelah lewat tengah malam dihindari karena dipercaya membawa kemalangan.
            Menjelang tengah malam,udara dipenuhi dengan dentang suara lonceng dari kuil-kuil.Lonceng dibunyikan 108 kali sepanjang detik-detik akhir tahun yang lama dan awal tahun yang baru.Sebuah penjelasan menyatakan bahwa lonceng dibunyikan sebagai janji untuk tidak melakukan 108 macam keinginan daging manusia.Beberapa kuil mengizinkan orang bisa ikut membunyikan lonceng.
Festifal Memperingati TahunBaru
            Beberapa hari setelah Natal,banyak rumah,tokodan bangunan di jepang dihiasi dengan hiasan cemara dan bambu,yang dinamakan kadomatsu,dipintu masuk.Hiasan ini disiapkan untuk menyambut Dewa Agama Shinto dan berasal dari kepercayaan Shinto bahwa roh Dewa tinggal dalam pohon.Lebih lagi,cemara yang tetap hijau meskipun dimusim dingin,dan bambu yang tumbuh dengan cepat dan lurus,menggambarkan keinginan untuk mendapatkan kebaikan dan kekuatan dalam mengatasi kesusahan.
            Diambang pintu rumah-rumah pada umumnya dihiasi dengan jalinan tali tambang yang dinamakan Shimenawa.Seperti Kodamatsu,hiasan ini menandakan bahwa rumah tersebut telah disucikan dengan maksud untuk menyambut Dewa-dewa.Setelah lonceng kuil dimalam tahun baru didentangkan dan berdo’a ke kuil dihari pertama dilaksanakan,banyak orang pulang ke rumah untuk makan O-sechi,yaitu makanan tradisional untuk keluarga.
            Makanan O-sechi awalnya merupakan persembahan kepada Dewa-dewa Shinto,namun juga merupakan makanan keberuntungan yang membawa kebahagiaan kepada keluarga.Masing-masing bahannya melambangkan sesuatu yang khusus,seperti:
-          Kuromame atau Kacang hitam adalah permohonan agar hidup sehat karena kacang merupakan lambang kesehatan.
-          Kobumaki atau simpul rumput laut adalah penggalang kata Kobu dari yorokobu yang artinya kebahagiaan.Mengandung  permohonan agar semuanya hidup bahagia dan rukun.
-          Udang melambangkan permohonan agar dapat hidup panjang umur.
Makanan O-sechi ini dipersiapkan untuk masa tahun baru sekitar satu minggu.Dimasa lalu,mempersiapkan makanan yang telah lama ini membantu untuk mengurangi pekerjaan rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar