Tahun
Baru di Jepang
Hatsumode,berdo’a
pertama kali untuk keberuntungan di tahun yang baru.Di jepang,matahari yang
tertib pada hari pertama diawal tahun dipercaya memiliki kekuatan supranatural
yang khusus,dan berdo’a kepada matahari yang pertama kali muncul,telah menjadi
kebiasaan populer sejak zaman meiji(1868-1912).Bahkan sekarang banyak kerumunan
di puncak-puncak Gunung atauPantai-pantai dengan pemandangan matahari terbit
yang indah,untuk berdo’a bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga sepanjang tahun
yang baru.
Oomisoka,malam
akhir tahun
Jepang
menganggap tanggal 31 Desember adalah hari yang sangat penting.Tidaklah umum
bagi kebanyakan orang untuk menghabiskan sepanjang malam pada tanggal ini.Beberapa
tradisi lama sehubungan dengan hari terakhir iniberlangsung di beberapa wilayah
di jepan,namun satu yang paling populer,yang dimulai di zaman Edo
(1603-1868)yaitu makan Soba,mie jepang.Yang terbuat dari tepung Soba.Orang
jepang makan Soba pada tanggal 31 Desember,entah itu sebagai menu makan malam maupun
sebagai makanan ringan di malam hari,untuk memohon kehidupan yang panjang sama
seperti Soba tipis yang dimakan.Namun memakan Soba setelah lewat tengah malam
dihindari karena dipercaya membawa kemalangan.
Menjelang
tengah malam,udara dipenuhi dengan dentang suara lonceng dari kuil-kuil.Lonceng
dibunyikan 108 kali sepanjang detik-detik akhir tahun yang lama dan awal tahun
yang baru.Sebuah penjelasan menyatakan bahwa lonceng dibunyikan sebagai janji
untuk tidak melakukan 108 macam keinginan daging manusia.Beberapa kuil
mengizinkan orang bisa ikut membunyikan lonceng.
Festifal
Memperingati TahunBaru
Beberapa
hari setelah Natal,banyak rumah,tokodan bangunan di jepang dihiasi dengan
hiasan cemara dan bambu,yang dinamakan kadomatsu,dipintu masuk.Hiasan ini disiapkan
untuk menyambut Dewa Agama Shinto dan berasal dari kepercayaan Shinto bahwa roh
Dewa tinggal dalam pohon.Lebih lagi,cemara yang tetap hijau meskipun dimusim
dingin,dan bambu yang tumbuh dengan cepat dan lurus,menggambarkan keinginan
untuk mendapatkan kebaikan dan kekuatan dalam mengatasi kesusahan.
Diambang
pintu rumah-rumah pada umumnya dihiasi dengan jalinan tali tambang yang
dinamakan Shimenawa.Seperti Kodamatsu,hiasan ini menandakan bahwa rumah
tersebut telah disucikan dengan maksud untuk menyambut Dewa-dewa.Setelah
lonceng kuil dimalam tahun baru didentangkan dan berdo’a ke kuil dihari pertama
dilaksanakan,banyak orang pulang ke rumah untuk makan O-sechi,yaitu makanan
tradisional untuk keluarga.
Makanan
O-sechi awalnya merupakan persembahan kepada Dewa-dewa Shinto,namun juga
merupakan makanan keberuntungan yang membawa kebahagiaan kepada
keluarga.Masing-masing bahannya melambangkan sesuatu yang khusus,seperti:
-
Kuromame atau Kacang hitam adalah
permohonan agar hidup sehat karena kacang merupakan lambang kesehatan.
-
Kobumaki atau simpul rumput laut adalah
penggalang kata Kobu dari yorokobu yang artinya kebahagiaan.Mengandung permohonan agar semuanya hidup bahagia dan
rukun.
-
Udang melambangkan permohonan agar dapat
hidup panjang umur.
Makanan O-sechi ini
dipersiapkan untuk masa tahun baru sekitar satu minggu.Dimasa
lalu,mempersiapkan makanan yang telah lama ini membantu untuk mengurangi
pekerjaan rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar